SELAMAT DATANG PEJUANG COPY PASTE SELAMAT MEMBACA KAWAN By TeguhDwiLaksana

Manajemen Produksi DESAIN PROSES, PRODUK DAN JASA



DESAIN PROSES, PRODUK DAN JASA

A.  Tinjauan Umum
Kebtuhan manusia sering menghadirkan suatu stimulus kuat untuk menciptakan produk dan jasa yang baru. Umumnya, mata rantai aktivitas dimaksud akan berawal dari upaya menemukan kebutuhan dan keinginan pelanggan kebutuhan dan keinginan itu kemudian diterjemahkan menjadi desain atau produk atau jasa yang dihasilkan. Lebih lanjut, desain diubah menjadi rencana produksi dan pada akhirnya diterjemahkan dalam proses produksi kemudian kedalam aktivitas pemasaran.
Desain proses menurut APICS Dictionary adalah desain dari metode pemanufakturan. Proses itu sendiri memiliki beberapa makna, yaitu (1) seperangkat tindakan atau operasi yang telah direncanakan (seperti mekanik, kelistrikan, kimiawi, pemeriksaan, pengujian) yang akan melakukan pengolahan bahan atau prosedur dari satu tahapan pengerjaan ke tahapan pengerjaan lainnya; (2) perllakuan yang direncanakan dan dikendalikan atas bahan baku atau prosedur terhadap yang mempengaruhi satu atau lebih tipe energi (seperti manusia, mekanis, kelistrikan, kimiawi, termial) untuk waktu yang diperlukan guna menghasilkan reaksi atau hasil yang diinginkan. Selanjutnya Heizer dan Reinder (2008) dan Jacobs, Chase dan Aquilano (2007) pada dasarnya menyatakan bahwa strategi proses adalah sebuah pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya menjadi keluaran berupa barang atau jasa. Strategi proses ini disebut juga strategi transformasi dengan tujuan untuk menemukan suatu cara memproduksi barang atau jasa yang memenuhi persyaratan dari pelanggan dan spesifikasi produk yang ada di dalam batasan biaya dan batasan manajerial lainnnya.
Rancangan proses harus didefinisikan terlebih dahulu dengan cermat karena rancangan proses ini memiliki dampak berjangka panjang terhadap kinerja proses, termasuk efesiensi, evektifitas, dan produktivitas sistem. Namun demikian, desain proses ini harus singkron dengan tipe produk atau jasa yang akan dihasilkan. Desain produk (Product Design) menetapakan jenis bahan yang lebih baik digunakan untuk membuat suatu produk, menentukan standar dan batas toleransi serta dimensinya, menggambarkan penampilan produk, sekaligus menetapkan standar kinerja produk yang bersangkutan.
Desain jasa (Service Design) menetapkan bentuk penampilan fisik, gaya, manfaat kenikmatan, dan manfaat psikollogis yang akan diterima oeh pelanggan yang memakai jasa yang bersangkutan.
Dengan keadaan dan sifat seperti yang dikemukakan di atas, suatu desain akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap mutu suatu produk atau jasa.
Agar suatu proses desain efektif, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1.    Selaraskan karakteristik produk atau jasa dengan persyaratan kebutuhan pelanggan.
2.    Penuhi persyaratan kebutuhan pelanggan secara paling sederhana dan murah.
3.    Kurangi waktu yang diperlukan untuk mendesain suatu produk atau jasa baru.
4.    Perkecil revisi yang diperlukan untuk membuat suatu desain yang dapat dikerjakan (Russel dan Tailor 2000).
B.  Strategi Proses Desain
Dilihat dari sudut strategis, desain mendefinisikan pelanggan sasaran perusahaan dan juga perusahaan pesaingnya. Untuk dapat menhasilkan desain yang baik, desain harus memaksimalkan pemanfaatan kompetensi inti perusahaan. kompetensi ini pada dasarnya merupakan kapasitas atau kemampuan personil perusahaan untuk melakukan sesuatu berdasarkan keahlian, pengetahuan, dan pengalaman yang dimilikinya.
Kemampuan personil perusahaan dapat dilihat menurut apa yang sekarang ini dikuasi dan diterapkan, kapasitas potensial yang dimiliki sekarang, dan kapasitas potensial di masa yang akan datang. Kapasitas yang dimiliki dan diterapkan sekarang (current applied capability) pada dasrnya merupakan kapasitas yang secara sistematis benar-benar dikuasai aplikasinya dan tingkatan pengembangannya dalam melaksanakan suatu tugas. Kapabilitas potensial yang dimiliki sekarang ini (current potential capability) merupakan tingkatan pekerjaan yang maksimum yang dapat diselesaikan oleh seseorang di setiap titik atau tahapan pada waktunya, pada wilayah tugas pekerjaan yang mereka hargai dan berikan dukungan lingkungan. Kapasitas itu merupakan wujud keseimbangan antara pemikiran kritis dan pemikiran bersifat membangun (yang memperhatikan kompleksitas pengolahan) serta tingkatan pengembangan dan aspirasi pribadi.
Selanjutnya, kapabilitas potensial di masa datang (future potential capability atau FPC) merupakan tingkat kemampuan potensial yang dapat diamalkan dapat dimiliki seseorang atau sebuah organisasi dalam waktu tertentu di masa yang akan datang, baik dalam waktu dekat atau masa mendatang yang jauh.
Kegiatan pengolahan (manufacturing) sebagai proses kerja yang mengubah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap jual merupakan kegiatan produksi yang sangat dekat dengan teknik dan rekayasa (engineering). Oleh karena itu, teknik manufaktur merupakan ilmu yang berkaitan dengan produksi yang meliputi: (1) desain produk (perancangan produk); (2) desain proses produksi (perancangan proses produksi); dan (3) manajemen produksi (pengelolaan sistem manufaktur).
Perancangan untuk kepentingan estetika dan memenuhi kebutuhan dari pemakai untuk menggunakan produk yang dihasilkan digolongkan sebagai desain industrial (industrial design). Desain industrial ini dapat menjadi wilayah yang paling lazim disalah bebankan sebagai kesalahan pihak pabrikan.
Manfaat utama desain yang baru produk atau jasa adalah terutama untuk mempertahankan dan atau meningkatkan penjualan dan pangsa pasar. Proses desain itu sendiri sangat bermanfaat karena desain membantu perusahaan melihat keluar batas organisasinya, memberikan gagasan yang baru, dan mendorong lahirnya pemikiran yang menantang pemikiran tradisonal, dan melalui percobaan-percobaan, perusahaan dapat lebih banyak melakukan inovasi.
Dikaitkan dengan pemanfaatan sarana pengolahan untuk memproses aktivitas pengolahan produk yang sekarang serta produk baru hasil pengembangan produk, desain proses menjadi sangat penting artinya. Desain proses menurut Heizer dan Render (2008) serta Jacobs, Chase dan Aquilano (2007) dapat dikategorikan menjadi empat jenis fokus, yaitu: (1) fokus pada proses; (2) fokus berulang; (3) fokus pada produk; (4) fokus pada kustomisasi massal. Tiap fokus akan dijelaskan secara berturut-turut dalam uraian berikut.
1.      Fokus pada Proses
Proses pengerjaan yang berfokus pada proses merupakan suatu jenis organisasi manufaktur dimana kedua aspek, peralatan produksi dan tanggung jawab staf manajemen dijelaskan oleh proses produksi. Perusahaan yang berfokus pada proses biasanya menjalankan kegiatan di tempat pengerjaan yang bernama job shop (unit bengkel).
Ciri-ciri perusahaan yang menjalankan produksi yang berfokus pada proses adalah sebagai berikut.
1)    Fasilitas dikelola di sekitar aktivitas atau proses khusus. Alat yang sama fungsinya ditempatkan pada ruangan yang sama.
2)    Perlengkapan berguna banyak (multipurpose machines or equipment) dan dilayani oleh personil yang terampil (skill labor).
3)    Produk memiliki kelenturan yang tinggi, jenis dan mutunya didasarkan pada pesanan pelanggan.
4)    Produk bernilai tinggi dang pengguanaan alat produksi yang biasa.
5)    Aliran produk mungkin berubah sehingga perencanaan dan penjadwalan menjadi tantangan manajer pabrikasi.










8
 

 




Gambar 6.1 Peta Alir Produk untuk Fokus pada Proses
          Gambar 6.1 menunjukkan bahwa arus produk dalam proses pengerjaan tidak terdefinisi dan arus itu tergantung pada kebutuhan proses pengerjaan. Sehubungan dengan itu, diantara departemen harus disediakan tempat penyimpanan produk dalam pengerjaan yang memadai.
          Tipe operasi pabrik dicirikan oleh keperluan melakukan perubahan setelah mesin yang dipakai mengerjakan produk. Hal itu terjadi karena peralatan produksi (mesin) yang digunakan adalah alat produksi (mesin) multiguna. Proses yang dijalankan menghasilkan produk dengan batch yang kecil dari produk yang unik yang aliran prosesnya melalui lajur yang berbeda.
          Fokus pada proses berorientasi pada pelaksanaan kegiatan pengerjaan yang berhubungan dengan aktivitas yang membentuk proses bisnis end-to-end yang ada dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Tanggunga jawab anggota organisasi berorientasi kepada kinerja proses yang menciptakan produk atau jasa dan bukannya terhadap produk. Tipe fokus pada proses ini dijumapai pada bengkel mobil, perakitan printer dan komputer, rumah sakit dan restoran.
2.      Fokus pada Produksi Berulang
          Fokus pada produksi berulang merupakan metode produksi berulang dari produk tertentu yang sama jenisnya atau keluarga produk (product family). Metodologi berulang mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk penyetelan, persediaan, dan lead time pengolahan dengan menggunakan lini produksi, lini perakitan, atau sel kerja. Produk dapat berupa produk standar atau yang dirakit dari modul (komponen subassembly).
          Modul adalah bagian atau komponen produk yang sudah dirakit atau disiapkan sebelumnya, biasanya melalui suatu proses yang kontinum. Selanjutnya, sistem modular adalah suatu arsitektur desain yang dihubungkan dengan pekerjaan yang sudah dikelompokkan dalam paket yang sudah disiapkan. Setiap paket atau modul dari tugas disiapkan seluruhnya untuk tugas yang saling berhubungan dengan fungsi khusus dan selanjutnya fungsi dapat dilaksanakan tanpa mempengaruhi paket tau modul yang lain karena merupakan kompenen yang lepas dari modul lain tersebut.
          Usaha produksi yang menjalankan aktivitas dengan fokus produksi berulang antara lain usaha perkaitan mobil, alat-alat berat seperti traktor, frok lift,buldozer, dan sepeda motor Harley Davidson. Di usaha jasa, dijumpai pada makanan cepat saji (fast food), misalnya dikedai martabak. Modul-modul sudah disiapkan oleh pengelola kedai, seperti adonan untuk kulit dan isi terdiri dari potongan daun bawang, daging cincang, dan telur ayam. Jika pelanggan menyampaikan pesanan, pengelola kedai akan mengambil modul adonan kulit kemudian digoreng, selanjutnya diberikan adonan isi yang sudah disiapkan, dikocok menjadi rata, digoreng lagi sampai matang.
          Fokus pada produksi berulang lazim diproduksi secdara batch (jumlah terbatas per pelaksanaan produksi) dan memakai pendekatan make to stock atau assembly to stock. Untuk mengantisipasi pesanan yang diterima, sebelumnya produsen mempersiapkan modul atau komponen rakitan (komponen subassembly) yang segera akan dirakit sesudah menerima pesanan.



          Perbandingan antara strategi make to stock (MTS) dan assemble to stock (ATS) disajikan dalam diagram di bawah ini:
                                    Lead time penyerahan
Pengolahan/ membuat komponen
Perakitan
Persediaan barang jadi
Make to stock
 
pengiriman
                                                        Lead time penyerahan
Pengolahan/ membuat komponen
Perakitan
Persediaan barang jadi
Assemble to stock
 
pengiriman
Gambar 6.2 Diagram Strategi MTS dan ATS
          Pada strategi make to stock, aktivitas mencakup kegiatan pengolahan bahan atau membuat komponen produk. Komponen produk kemudian dirakit sesuai desain dan malhirkan sediaan barang jadi. Persediaan ini selanjutnya didistribusikan ke daerah pemasaran perushaan. Pengiriman persediaan kepada penyalur atau gudang wilayah atau ke pasar target bukan kegiatan dari strategi produksi berbasis make to stock, melainakn sudah merupakan tugas dan fungsi departemen pemasaran. Pada strategi assemble to stock (ATS), jangkauannya lebih pendek, yaitu hanya mencakup aktivitas perakitan dan pemeliharaan sediaan barang jadi. ATS ini beroperasi dengan dukungan dari fungsi pengolahan (manufacturing function). Fungsi atau pengolahan tersebut melakukan kegiatan menghasilkan komponen yang akan dirakit guna memenuhi pesanan pelanggan.
3.      Fokus pada Produk
          Fokus pada produk adalah suatu jenis organisasi manufaktur di mana kedua hal, mesin-mesin atau peralatan produksi dan tanggung jawab staf digambarkan oleh produk, lini produk, atau segmen pasar. Kewenangan manajemen sangat terdesentralisasi, yang cenderung membuat perusahaan lebih peka terhadap kebutuhan pasar dan fleksibel ketika memperkenalkan produk baru. Jenis organisasi produksi seperti ini cocok untuk perusahaan yang dominan berorientasi kepada pasar atau kelompok konsumen dan lebih mementingkan kelenturan serta inovasi daripada perencanaan terkoordinasi dan pengendalian yang ketat.
          Produksi dengan metode berfokus pada produk merupakan suatu jenis operasi produksi yang dirancang untuk memproses produk yang mempunyai keseragaman yang tinggi dn hanya memiliki perbedaan yang terbatas. Produk biasanya diproduksi untuk membentuk persediaan, level produksi cenderung menjadi lebih besar dari tingkat permintaan.
          Peralatan produksi harus ditata berdasarkan tahapan pengerjaan sehingga pengerjaan menjadi lebih sistematis. Di bawah disajikan tata letak departemen atau work station berbentuk U.








 




Gambar 6.3 Peta Arus Pekerjaan untuk Strategi Fokus pada Produk
          Mesin-mesin dan peralatan produksi tergolong single purpose (berfungsi tunggal, terspesialisasi), persediaan dalam proses pengerjaan terbatas sampai tidak ada, lead time pendek, dan tenaga kerja memiliki keterampilan khusus untuk menangani tugas pekerjaan yang terspesialisasi. Dengan karakteristik seperti itu, produktivitas sistem relatif tinggi.
          Persyaratan utama yang harus diperhatikan ialah terwujudnya keseimbangan beban disemua departemen atau work station yang ada. Misalnya pada lini perakitan bentuk U di atas, jika departemen A dapat menyelesaikan 120 unit per jam, departemen B hanya 90 unit per jam, dan departemen C 150 unit per jam. Anggaplah departemen lainnya memiliki siklus yang sama dengan departemen A. Permasalaha yang dihadapi adalah sebagai berikut:
-          Departemen A memiliki siklus 2 unit per menit atau 30 detik per unit.
-          Departemen B memiliki siklus 1,5 unit per menit atau 40 detik per unit.
-          Departemen C memiliki siklus 2,5 unit per menit atau 24 detik per unit.
          Dalam contoh sederhana tersebut, terlihat bahwa departemen B merupakan departemen yang paling lama siklus waktu pengerjaannya sehingga produktivitasnya paling rendah. Produk yang dapat diselesaikan per jam ditentukan oleh departemen B. Oleh karena itu, departemen B disebut bottle neck (leher botol) dari sistem, yaitu departemen atau tahapan proses produksi yang memiliki kinerja paling rendah sehingga menjadi penentu terhadap rendahnya produktivitas yang dicapai. Perbaikan harus diarahkan kepada tahapan proses (departemen) yang menjadi bottle neck. Pada contoh ini ialah departemen B.
          Usaha produksi yang menjalankan fokus pada produk (product flow) ini meliputi industri semen, industri kimia, kilang minyak, pabrik gula, dan sejenis lainnya. Untuk strategi make to order or assemble to order, diagramnya disajikan dalam gambar di bawah.
                                                  Lead time penyerahan
Pengolahan/ membuat komponen
Perakitan
Persediaan barang jadi
Make to order
 
pengiriman
                                                                                    Lead time penyerahan
Pengolahan/ membuat komponen
Perakitan
Persediaan barang jadi
Assemble to order
 
pengiriman
Gambar 6.4 Diagram Strategi MTO dan ATO
          Make to Order (MTO) strategy mengintegrasikan Departemen Pengolahan (Manufacturing Departemen) dan Departemen Perakitan (Assembly Departement). Oleh karena itu, strategi MTO mencakup aktivitas pengadaan bahan dan faktor produksi lainnya, fungsi pengolahan (pabrikasi), fungsi perakitan, dan fungsi pengiriman. Sebaliknya startegi ATO hanya mengintegrasikan fungsi perakitan (Assembly Departemen) dan fungsi pengiriman (Shipping Departemen).
4.      Fokus pada Kustomisasi
          Kustomisasi massal adalah kreasi produksi bervolume tinggi dengan keragaman yang besar sehingga pelanggan mungkin menentukan suatu model yang pasti dari produk akhir bervolume besar yang mungkin yang biaya pabrikasinya rendah karena didukung oleh volume keluaran yang besar tersebut. Kustomisasi massal ini mencirikan usaha yang menghasilkan produk sesuai pesanan pelanggan (make to order) seperti yang dicirikan oleh fokus pada proses. Namun, pada saat yang sama juga memperlihatkan karakteristik fokus produk (make to stock) yang mampu menghsilkan keluaran dengan biaya murah melalui produki secara massal. Karena fokus pada kustomisasi massal ini mencirikan kedua fokus sebelumnya, yaitu produk yang unik dan murah, fokus pada kustomisasi ini menjadi sangat rumit.


 












          Karena fokus pada kustomisasi ini di pandang rumit, Heizer dan Render (2008) mengemukakan bahwa fokus pada kustomisasi ini bangun oleh tiga fokus yang lainnya. Ciri-ciri khas tiga fokus sebeumnya harus diperhatikan dan diakomodasi dalam fokus pada kustomisasi. Sejalan dengan itu, pendekatan menjadi build to order (BTO) or engineer to order (ETO). Hakikat BTO atau ETO dapat disajikan daam gambar di bawah.
Periode dari ETO adalah mulai sejak pembuatan desain sampai produk itu disampaikan pelanggan. Periode ini mencakup aktivitas yang terdapat dalam pengertian manajemen operasional, yaitu  mencakup desain, pengolahan input menjadi output berup abarang dan jasa dan menyerahkan output barang dan jasa tersebut kepada pelanggan guna menjamin kepuasan pelanggan. Setelah membahas mengenai empat jenis fokus dalam desain proses, berikutnya akan dibahas mengenai pemillihan proses produksi, diagram proses, pemetaan fungsi waktu, pemetaan aliran nilai, diagram alir proses, dan perencanaan pelayanan.
a.    Memilih Proses Produksi
Apabila terdapat lebih dari satu metode proses produksi yang tersedia, perulah dinilai alternatif yang paing efisien diantara aternatif metodde yang tersedia. Misalnya saja, dalam memenuhi permintaan  pelanggan, usahawan dapat melakukannya dengan cara: (a) make or order; (b) assembly to order; dan atau (c) outsourcing dengan cara membelinya dari perusahaan.
b.    Diagram Arus Proses
Diagram arus proses pada dasarnya merupakan  sebuah bagan yang mempersentasikan urutan dari rangkaian pekerjaan atau ihwal kejadian yang berlangsung dalam proses. Bagan ini menjadi dasar untuk penganalisaan dan untuk menjadi umpan awal perbaikan cara kerja yang harus dilaksanakan. Ada lima perangkat yang lazim dalam menganalisis desain proses, yaitu: Diagram Arus Proses, Pemetaan Fungsi Waktu, Pemetaan Aliran Nilai, Diagram Alir Proses Pengerjaan, dan Perencanaan Pelayanan. Diagram arus proses ini lazim juga disebut Bagan Arus Proses, yaitu grafik dan simbol-simbol yang akan digunakan untuk merepresentasikan pelaksanaan kegiatan, atau yang akan dilaksanakan atas pengerjaan suatu produk yang melewati beberapa atau semua tahapan dari proses. Secara khusus, bagan memberikan informasi yang berkaitan dengan kuantitas, jarak pemindahan, jenis pekerjaan yang dilaksanakan (dijelaskan dengan simbol yang khas), dan peralatan yang digunakan. Waktu pegerjaan juga menjadi bagian dari bagan.
c.     Pemetaan Fungsi Waktu
Perangkat yang kedua untuk analisis dan desain proses adalah diagram alir, tetapi dengan ditambahkan waktu pada sumbu horizontalnya. Diagram ini kadang disebut sebagai pemetaan fungsi waktu (time-function mapping) atau pemetaan proses (process mapping). Diagram menjelaskan tiga hal, yaitu: (a) tahapan proses pengerjaan manunjukkan aktivitas yang harus dilaksanakan: (b) urutan pengerjaan dan rute diindikasikan dengan garis panah; dan (c) waktu pengerjaan setiap aktivitas yang dipetakan pada sumbu horizontal. Berdasarkan pemetaan fungsi waktu yang telah dibuat, manajer pabrikasi berkesempatan melakukan analisis untuk mengidentifikasi proses yang tidak menyumbangkan nilai-tambah (non-value-added activity) serta waktu proses yang kelamaan. Dari analisis akan diperoleh proses yang benar-benar efisien yang menghilangkan aktivitas yang tidak perlu dan memangkas waktu kegiatan.
d.    Pemetaan Aliran Nilai (Value Stream Mapping)
Satu variasi dari pemetaan fungsi waktu adalah pemetaan aliran nilai (value stream mapping atau VSM). Pada dasarnya VSM adalah jenis diagram alur khusus yang menggunakan simbol-simbol dikenal sebagai “bahasa Lean” untuk mengambarkan dan meningkatkan aliran persediaan dan informasi. Namun demikian, VSM ini mengambil bentuk yang lebih luas di mana nilai ditambahkan dan atau tidak ditambahkan pada keseluruhan proses produksi, termasuk rantai pasokan. Pemetaan aliran nilai (VSM) mengembangkan analisis mulai dari pemasok sehingga kembali ke pemasok. Pemetaan aliran nilai tidak hanya memperhitungkan proses, tetapi juga keputusan manajemen dan sistem informasi yang mendukung proses tersebut.
Memberikan nilai yang optimal kepada pelanggan melalui proses penciptaan nilai secara utuh dengan limbah (waste) yang minimum melalui kegiatan: (a) desain yang apik (konsep dari pelanggan/pemasok kembali ke pelanggan/pemasok); (b) membangun alur proses (untuk keperluan pengiriman pesanan ke pelanggan); dan (c) mempertahankan (digunakan melaui siklus hidup untuk memberikan layanan prima).
Banyak organisasi mengejar sistem produksi ramping untuk menjalankan proses konversi karena telah menyadari bahwa peristiwa perbaikan sendiri tidak memadai. Peningkatan proses sesungguhnya menciptakan perbaikan yang bersifat lokal, pemetaan value stream dan analisis memperbaiki profitabilitas dengan menerjemahkan visi ke dalam rencana operasional. Rencana operasional ini bertujuan untuk menghubungkan semua kegiatan perbaikan. Pemetaan aliran nilai (VSM) dan analisis nilai adalah alat yang memungkinkan para manajer operasi melihat limbah yang terjadi, dan menyusun rencana untuk menghilangkannya.
Nilai merupakan unjuk kemampuan yang disediakan kepada pelanggan dalam bentuk : (a) kualitas produk yang istimewa; (b) disediakan pada saat yang tepat; dan (c) dengan harga yang sesuai, seperti yang didefinisikan oleh pelanggan. Dengan demikian, nilai (value) adalah apa yang pelanggan bersedia beli dan bayar.
e.     Diagram Aliran Proses
Diagram aliran proses (process flow charts) menggunakan simbol, waktu, dan jarak untuk mendapatkan cara yang objektif dan terstuktur untuk menganalisis dan mencatat berbagai aktivitas yang membentuk sebuah proses, mulai dari pelanggan sampai kembali ke pelanggan. Diagram ini memusatkan perhatian pada urutan aktivitas proses pengerjaan.
Contoh Bagan Aliran Proses seperti yang disajikan dalam Gambar 6.8 menunjukkan bahwa ada dua macam aliran yang dipetakan dalam diagram, yaitu: (a) arus pengerjaan dan material; (b) arus informasi. Arus informasi ini penting untuk dijelaskan dalam bagan karena menyangkut layan pada pelanggan internal dan eksternal. Pelanggan internal dari segi kepentingan administrasi, keuangan, dan akuntansi mencakup layanan informasi kepada Petugas Gudang dan Bagian Administrasi Penerimaan Bahan serta kepada Bagian Akuntansi dan Keuangana untuk keperluan pencatatan transaksi. Oleh karena itu, Bagan Alir Proses tidak yang hanya memetakan arus pengerjaan, tetapi juga arus informasi terkait.
f.     Perencanaan Pelayanan
Dalam usaha memberikan layanan yang memuaskan kepada pelanggan, sebagai penyedia jasa layanan, perusahaan perlu membuat cetak biru layanan dimaksud. Dalam cetak biru, selain dikemukakan kegiatan yang dilaksanakan, juga diperlihatkan standar waktu layanan. Juga waktu paling lama yang ditoleransi dalam usaha memuaskan pelanggan. Misalnya, jika Anda berkunjung  ke toko swalayan, pihak manajemen menetapkan  waktu standar pelayanan pembayaran di kasir biasa 3 menit per pelanggan. Toleransi paling lama adalah 5 menit. Penetapan itu berguna, selain untuk memuaskan pelanggan, juga untuk mengukur kinerja para kasir.
C.  Proses Pendesainan
          Proses desain produk dan jasa merupakan kegiatan yang senantiasa berlangsung secara lintas departemen dan fungsional, menekankan adanya interaksi masukan atau pemikiran, koordinasi, dan tindakan dari fungsi pemasaran, kerekayasaan industrial, produksi, sumberdaya manusia, dan hukum.
Proses kegiatan pendesainan dapat dibagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu tahapan pengumpulan ide untuk membuat naskah desain, tahapan perumusan desain fisik produk, dan tahapan pendesainan proses produksi.
Pendesainan produk berawal dari pengumpulan gagasan. Pada fase pengumpulan gagasan ini, usulan harus dilengkapi rumusan persyaratan keinginan pelanggaan. Gagasan yang dihasilkan tersebut lebih lanjut dilengkapi dengan pertimbangan derajat kelayakan, termasuk setelah mempertimbangkan spesifikasi keinginan dari para pelanggan. Gagasan ini menjadi konsep desain produk baik untuk produk baru maupun untuk pengembangan produk dan dikirimkan ke tim desain. Tim desain memanfaatkan konsep itu sebagai masukan untuk dipakai untuk membuat rancangan fisik produk yang akan dibuat atau diperbaiki.
Desain fisik diawali oleh langkah pembuatan desain awal. Dalam desain pendahuluan, dikemukakan rancangan prototype produk, rancangan penampilan fisik produk dan rancangan pengerjaan produk. Kegiatan ini diikuti pembuatan prototype produk, kemudian uji kelayakannya. Jika rancangan memenuhi spesifikasi dan kelayakan, lebih lanjut dihasilkan desain akhir. Desain akhir itu selanjutnya dilanjutkan ke fase aplikasi.
Pada fase aplikasi, pertama-tama tim desain harus memeriksa kelengkapan alat-alat produksi yang tersedia. Selanjutnya, perlu diteliti apakah tenaga kerja yang ada telah cukup memadai untuk melaksanakan pengerjaan sesuai desain yang ada. Selanjutnya, apabila seluruhnya siap, perusahaan akan melangkah ketahap produksi percobaan. Keluaran produk percobaan ini kemudian dilanjutkan ke uji pasar. Tanggapan pasar dijadikan masukan untuk menyempurnakan desain dan pada akhirnya perusahaan memasuki fase produksi komersial.
Pendesainan bukanlah milik perekayasa industrial atau manajer produksi atau manajer departemen riset dan pengembangan, melainkan milik perusahaan seutuhnya. Tim desain lintas fungsi dan dan keahlian ini oleh Chase dan Aquilano (1995) serta Chase, Aquilano, dan Jacobs (2001), disebutnya sebagai concurrentengineering roundtable team. Selanjutnya, Russel dan Taylor (2000) menyebutkan sebagai concurrent desaign.
Sehubungan dengan konsepsi itu, dalam proses pendesainan produk, semua hambatan dan kendala komunikasi diantara seluruh fungsi yang ada dalam perusahaan harus dapat diangkat atau ditiadakan. Gagasan pembuatan desain yang berawal dari gagasan pelanggan. Gagasan pelanggan ini dapat diperoleh dari riset pemasaran ataupun karena inisiatif pelanggan dalam memberikan gagasan untuk memperbaiki produk. Gagasan yang diterima oleh departemen pemasaran dari pelanggan tersebut harus dihargai sebagai masukan yang sangat berharga. Jika gagasan yang diusulkan pelanggan itu dapat memenuhi pengharapan pasar yang sudah berubah, departemen pemasaran harus meneruskan gagasan itu kepada departemen riset dan pengembangan atau kepada fungsi kerekayasaaan industrial. Selanjutnya, fungsi kerekayasaan industri atau departemen R & D menilai usulan itu. Apabila menurut analisisnya usulan itu layak dipertimbangkan dan mengandung aspek ekonomi yang prospektif, setelah dilengkapi dengan definisi spesifikasi kinerja dari produk baru atau yang dikembangkan itu, rancangan diteruskan pada departemen pabrikasi. Departemen pabrikasi akan menilai prospek dari produk yang dimaksud dalam usulan desain, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk membuat dan mengolahnya. Lebih lanjut naskah desain dilenkapi dengan pertimbangan teknis dan ekonomi, selanjutnya dikirim ke tim pendisainan produk. Tim melakukan pertemuan untuk mengembangkan usulan dan masukan itu menjadi spesifikasi teknis awal dan selajutnya menjadi spesifikasi desain yang terinci.
Spesifikasi desain kemudian dikirim ke manajemen puncak perusahaan. Penyampaian desain kepada manajemen puncak dilakukan dalam bentuk yang komprehensif sehingga menjelaskan aspek teknis dan aspek ekonomi dari desain dengan utuh.
Apabila manajemen puncak menyetujui usulan desain yang disampaikan, usulan yang telah dilengkapi dengan pertimbangan dan persetujuan dikembalikan kepada tim pendesainan produk. Tim pendesainan bekerja sama dengan departemen manufaktur untuk mengembangkan persyaratan spesifik yang diperlukan atas perlengkapan dan peralatan produksi yang dibutuhkan untuk membuat produk yang bersangkutan. Desain yang telah dilengkapi dengan penjelasan mengenai spesifikasi teknis, ekonomi, perlengkapan, dan peralatan produksi yang diperlukan dan spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan berubah menjadi spesifikasi pemanufakturan. Spesifikasi pemanufakturan ini kemudian dikirim kepada manajer pabrik, yaitu personalia produksi dilantai pabrik, tempat dimana produksi atas produk baru itu akan dijadwalkan.
Untuk menjamin terlaksananya proses desain secara sistematis dan dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama, dinding fisik dan mental yang cenderung terbangun di area fungsional dan departemen harus dapat dirubuhkan. Setelah sekat pembatas lintas fungsi dan departemen dapat dihilangkan (dirubuhkan), fungsi terkait dapat diintegrasikan kedalam sebuah tim desain yang terpadu.
D.  Inovasi untuk Melahirkan Gagasan
          Inovasi produk berangkat dari pemahaman terhadap keinginan pelanggan dan hasil pengidentifikasian kebutuhan pelanggan secara dinamis dan berkesinambungan. Dengan semakin bebasnya pesaing masuk dan keluar ke/dari pasar atau industri, persaingan yang dihadapi berlangsung semakin ketat. Perusahaan harus mampu menawarkan produk yang memiliki keunggulan spesifik dan mutu yang lebih baik dibandingkan dengan produk pesaing. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan harus selalu melakukan penyempurnaan atas produk yang dihasilkan. Untuk menunjang konsep itu, perusahaan harus mampu menyusun tim desain terpadu yang andal dan imaginatif. Aparatur pemasaran dan perekayasa manufaktur harus senantiasa mampu menemukan tren perubahan keinginan dan kebutuhan pelanggan, baik melalui kegiatan survei pasar maupun kegiatan intelijen pasar. Dalam kegiatan menjaring dan menemukan perubahan keinginan dan kebutuhan pelanggan dimaksud, perusahaan harus mampu menetapkan pelanggan sasaran yang akan dijadikan sebagai narasumber dan pemberi gagasan. Dalam hal ini, muncul pertanyaan berikut.
1.      Apakah pelanggan sasaran itu ialah pelanggan potensial?
2.      Apakah hanya pelanggan aktual yang terlayani sekarang yang harus disurvei?
          Pelanggan  target dalam hal ini ialah pelanggan yang telah lama menjalin hubungan bisnis dengan perusahaan , memiliki volume pembelian yang cukup besar, serta pelanggan lainnya yang memiliki tendensi kepastian untuk melakukan pembelian atau pembelian berulang atas produk. Mereka itu merupakan golongan pelanggan yang dapat menyediakan banyak informasi yang sangat berguna. Dengan demikian, survei pelanggan perlu diikuti dengan pembuatan kelompok fokus yang ukurannya lebih kecil agar wawancara terhadap pelanggan sasaran survei akan lebih mudah dilakukan dan berlangsung efektif. Data yang berhasil dikumpulkan harus menjalani uji lapangan agar diperoleh kepastian bahwa data itu layak dipakai sebagai masukan oleh tim desain.
          Apabila personil perusahaan bekerja secara parsial dan mementingkan departemen atau fungsinya masing-masing, perusahaan akan kesulitan menghasilkan desain produk yang baik. Sehubungan dengan itu, sekat fungsional yang membatasi kerja sama dan sinergi mereka arus dirubuhkan. Kerja desain secara departemental harus diubah menjadi tim desain terpadu (concurrent design). Semua pihak terkait harus berusaha duduk semeja untuk tukar gagasan dan pada akhirnya menghasilkan desain yang baik.
          Diskusi dan bertukar pikiran dengan perusahaan mengenai produk yang dihasilkan merupakan sumber potensial dari gagasan produk baru. Saluran informasi ini merupakan saluran informasi alternatif selain saluran yang bersifat formal. Saluran informasi formal untuk menerima masukan gagasan produk baru adalah para pemasok (supplier and/or vendor), distributor, wiraniagawan (salesmand and/or sales girls), dan pekerja (workers). Disamping itu, perusahaan juga dapat memakai informasi yang tersedia dalam jurnal bisnis dan industri, jurnal otomotif, laporan hasil penilitian perguruan tinggi, laporan pemerintah, dan informasi dari media lainnya. Namun demikian, perkayasa dan juga analis perusahaan harus bersikap hati-hati terhadap informasi itu. Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber yang dikemukakan itu hendaknya dipandang sebagai informasi awal yang masih perlu diolah. Hanya informasi yang akurat, andal, kini dan lengkap yang harus dipertimbangkan dalam mendefinisikan usaha menemukan gagasan produk baru dan ide pengembangan produk. Langkah demikian perlu dilakukan untuk mencegah resiko kegagalan yang mungkin menimpa perushaan dimasa yang akan datang.
          Disamping itu, para pesaing (competitor) juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber gagasan mengenai produk baru atau jasa. Perusahaan dapat memperoleh informasi yang berharga melalui pembuatan peta persepsi pelanggan, kajian patok duga (benchmark study), dan kerekayasaan dari belakang (backward reengineering).
1.      Peta persepsi dimaksud serta hasil studi patok duga dapat membantu perusahaan untuk belajar dari para pesaingnya mengenai gagasan produk baru atau jasa. Melalui kegiatan perbandingan antara keandalan produk yang dihasilkan dengan produk saingan, perusahaan akan mendapatkan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan dari produk yang dihasilkan. Hasil kajian itu selanjutnya sangat bermanfaat untuk merencanakan pengembangan produk yang dihasilkan, paling tidak untuk menyamai atau melebihi produk saingan.
Peta persepsi merupakan suatu diagram kartesius yang memperlihatkan persepsi pelanggan terhadap posisi produk atau jasa yang dihasilkan, dan atau yang disediakan dibandingkan dengan produk saingan atau produk substitusi lainnya. Peta persepsi ini berguna untuk mengungkapkan posisi produk atau jasa perusahaan menurut persepsi pelanggan. Hasil perbandingan keberadaan produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dengan produk atau jasa pesaingnya menurut penglihatan pelanggan akan sangat bermanfaat untuk membantu melakukan perbaikan atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
2.      Patok duga (benchmark) merupakan suatu kegiatan membandingkan keberadaaan produk atau jasa yang dihasilkan, atau disediakan dengan produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing pada industri yang sama. Patok duga ini berkaitan dengan usaha mendapatkan informasi mengenai keunggulan dari produk atau jasa, atau proses yang terbaik pada kelasnya. Hal itu dimungkinkan dengan melakukan pengukuran kineja dari produk atau proses yang saat ini dijalankan oleh perusahaan, kemudian hasil analisis itu dibandingkan dengan prestasi produk atau jasa pesaing. Analis atau perekayasa dapat membuat suatu rekomendasi untuk dijadikan basis perbaikan terhadap desain sebelum diputuskan sebagai desain akhir. Menurut Russel dan Taylor (2000) dan Chase dkk. (2001), perusahaan saingan yang dijadikan patok duga itu mungkin saja berada pada lini bisnis yang sama dan dapat pula memiliki jenis bisnis yang berbeda dengan perusahaan. Misalnya American Express dikenal dengan baik mengenai kemampuannya untuk menyampai kiriman dengan segera kepada pelanggan. Disney world dikenal baik berkaitan dengan komitmen pegawainya dan Federal Express dikenal dengan kecepatan layanannya. McDonalds dikenal dengan konsistensinya pada bakuan mutu dan Xerox dikenal mengenai patok duga keteknikannya. Keunggulan yang ada perusahaan-perusahaan itu dapat dipelajari untuk kemudian diterjemahkan menjadi bagian dari desain produk yang akan dibuat. Melalui car itu, perusahaan dapat mendefinisikan langkah distribusi, bagaimana produk atau jasa yang dihasilkan itu dapat segera diserahkan kepada pelanggan. Semua usaha perbaikan mutu dan pengembangan produk akan selalu mendapat dukungan dan komitmen dari para pegawai. Segenap pegawai memiliki komitmen untuk selalu menghasilkan produk atau jasa yang konsisten dengan bakuan mutu. Pada akhirnya, keluaran yang dihasilkan akan memiliki ciri khas yang spesifik yang akan mendiverifikasikannya dengan produk saingan. Hal yang dikemukakan itu merupakan jalan untuk memperoleh keunggulan bersaing.
3.      Kerekayasaan di belakang (backward engineering) berkaitan dengan penguraian dan pengkajian secara hari-hari atsa produk saingan beserta dengan keunggulannya, kemudian melakukan pemeriksaan atas produk saingan yang bersangkutan untuk mencari dan menemukan fitur dan unsur desain yang spesifik yang menjadi kunci keunggulannya. Hasil kajian mengenai keunggulan produk atau jasa pesaing dimaksud kemudian dipadukan ke dalam desain produk yang akan dibuat oleh perusahaan. Desain baru itu merupakan desain untuk pengembangan produk. Menurut berbagai penulis, Ford telah menggunakan metode ini dengan baik dan sukses dalam mendesain mobil tipe Taurus yang dihasilkannya. Perekayasa dan analis Ford telah menilai lebih dari 400 fitur dan elemen desain produk pesaingnya, kemudian mengadaptasinya melalui suatu proses modifikasi. Pada akhirnya tim Ford dapat mengembangkan lebih daripada 300 fitur dan elemen desain yang menjadi pencitra keunggulan yang ada pada produk pato duga dimaksud (seperti misalnya pedal akselarator dari Audi, keakuratan meteran bensin Toyota, dan ban dari BMW serta desain penyimpanan ban ressrepnya). Ditambahkan bahwa gagasan produk baru yang ditumbuhkan dari kegiatan perusahaan dibidang R & D biasanya mempunyai jalur yang panjang dan memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal untuk sampai kepada fase komersialisasi. Dipihak lain pesaing justru telah berhasil memperpendek siklus hidup produknya. Pesaing sudah dapat menghadirkan produk yang lebih unggul di mata pelanggan. Ini merupakan alasan mendasar perlunya perusahaan melakukan patok duga dan rekayasa dari belakang.
          Berikut disajikan peta persepsi dari produk mie instan yang saat ini banyak dihasilkan dan dipasarkan oleh saingan. Sehubungan dengan itu, produk yang dihasilkan oleh perusahaan terancam didesak oleh pesaing dan pangsa pasar perusahaan terancam berkurang. Misalkan dari survei pasar yang di langsungkan oleh Tim R & D perusahaan, dapat disusun peta persepsi seperti dimaksud pada gambar.












Cita rasa yang baik
 




Nutrisinya Tinggi
 




Cita rasa yang jelek
 



Text Box:         Peta Persepsi Pelanggan mengenai Posisi Produk Perusahaan
 










          Produk Perusahaan dalam kasus ini dimisalkan mie instan merek X dipersepsi oleh pelanggan memiliki cita rasa yang baik, tetapi kandungan nutrisinya rendah. Perusahaan saingan yang dipersepsi oleh pelanggan sebagai leading product ialah merek Y. Merek Y memiliki cita rasa yang baik dan juga kandungan nutrisi yang lebih baik. Merek merek lainnya dipersepsi memiliki posisi yang lebih marginal dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
          Tim R & D perusahaan lebih lanjut dapat melakukan kegiatan kerekayasaan mundur dan studi patok duga dengan menempatkan Merek Y sebagai produk eksperimen. Dari kegiatan kerekayasaan dan patok duga itu perusahaan diharapkan dapat menemukan gagasan untuk semakin memperbaiki cita rasa produk yang dihasilkan, sekaligus meningkatkan kandungan nutrisinya. Perusahaan memiliki peluang untuk meluncurkan mie instan sehat yang enak, lezat dan gurih serta bergizi tinggi.
Utterback dan Abernathy (1975) mengembangkan model dinamik inovasi produk dan proses dalam perusahaan-peusahaan dan mengujinya pada data empiris. Model tersebut menghubungkan inovasi produk dan inovasi proses dalam tiga tahap perkembangan.
Tahap 1
          Tahap pertama mulai pada kehidupan awal produk dan jasa serta proses. Pada awalnya, inovasi dirangsang oleh adanya kebutuhan di pasar. Inovasi juga dirangsang oleh adanya kebutuhan untuk meningkatkan laju hasil keluaran. Pada tahap ini laju inovasi produk tinggi dan tekanan awalnya pada maksimisasi prestasi produk.
     Utterback dan Abernathy menyebut tahap pertama ini sebagai ‘tahap maksimisasi prestasi’ untuk produk dan jasa, dan ‘tahap tak terkoordinasi’ untuk proses. Laju inovasi produk yang tinggi meningkatkan kemungkinan bahwa diversitas produk akan luas. Akibatnya, proses produksi tersusun sebagian besar dari operasi-operasi tak standar dan manual, atau operasi yang bergantung pada alat-alat umum. Sistem produksi cenderung berfokus proses. Penyebutan ‘tak terkoordinasi’ dalam banyak hal dapat diterima karena hubungan antara operasi-operasi yang dibutuhkan masih belum jelas pada tahap ini.
Tahap 2
          Persaingan harga menjadi makin pada tahap ketat kedua, yaitu pada saat industri atau kelompok produk  dan jasanya mulai mencapai tahap kedewasaan. Desain sistem produksi mengarah pada minimisasi biaya karena persaingan pasar mulai terarah pada harga. Proses produksi menjadi lebih padat modal dan lebih ketat terppadu melalui sistem pengendalian produksinya.
          Pada tahap ini, proses produksi sering bersifat tersegmen. Hal ini terjadi karena keterpaduan terjadi pada tingkat yang lebih luas melalui sistem pengendalian manajerial dan sebagian disebabkan karena tipe sistem yang dominan ialah sistem yang berfokus pada proses.
Tahap 3
          Persaingan harga menghasilkan penekanan pada strategi minimisasi biaya sehingga proses produksi menjadi lebih padat modal dan berfokus pada produk. Proses produktif menjadi sangat berstruktur dan sangat terpadu, seperti terlihat pada lini perakitan mobil, proses kimia kontinu dan sistem jasa berskalla besar terotomasi pada jaminan sosial. Proses produktif menjadi sangat terpadu dan sangat sukar untuk menhadapi perubahan karena setiap perubahan akan menghasilakan antaraksi yang cukup berarti dengan operasi-operasi lain dalam proses secara keseluruhan.
          Model inovasi menunjukkan hubungan tertutup antara desain dan perkembangan produk, jasa serta desain sistem produksinya. Sebenarnya, dalam tahap ketiga ini atau tahap minimasi biaya, pengaruh inovasi pada harga produk mengikuti pola yang sangat jelas. Selain itu, model ini juga menunjukkan hubungan yang dekat antara bentuk inovasi pada berbagai saat dalam siklus hidup produk dan strategi pemilihan posisi yang diambil oleh perusahaan untuk sistem produktifnya.
E.     Rangkuman
            Kualitas produk ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor desain dan proses pengerjaan. Desain yang baik jika diproses dengan baik akan menghasilkan keluaran yang baik. Sebaliknya, desain yang jelek, sekalipun ditangani dengan proses yang baik, cenderung akan tetap menghasilkan keluaran yang kurang baik mutunya. Demikian pula halnya, sekalipun desain yang baik jika cara memproses pekerjaannya kurang baik hasilnya pun akan tidak baik. Dengan demikian, langkah awal dari usaha menghasilkan keluaran yang bermutu baik ialah terlebih dahulu menghasilkan desain yang baik. Dalam usaha menghasilkan ndesain yang baik, menajemen harus merubuhkan tembok-tembok fungsional yang akan menghalangi komunikasi diantara mereka dan mengorganisasi mereka dengan baik dalam suatu tim desain terpadu (concurrent design team). Dalam tim harus sudah dipertimbangkan untuk mengikutsertakan pelanggan utama, pembekal utama, ahli hukum, konsultan perusahaan, dan semua fungsi yang ada di perusahaan yang bersangkutan. Dengan tim yang demikian, dari awal dapat dijaring pemikiran yang positif. Lokasi mereka tidak perlu dipermasalahkan sepanjang yang bersangkutan dapat berkomunikasi melalui jaringan internet perusahaan.
Sumber Referensi:
Handoko, Hani. (2000). Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE-
          Yogyakarta.
Haming, Murdifin dan Nurnajamuddin, Mahfud. (2014). Manajemen Produksi Modern
          (Operasi Manufaktur dan Jasa).
Jakarta: PT.Bumi Aksara

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Manajemen Produksi DESAIN PROSES, PRODUK DAN JASA"

Post a Comment